PERILAKU
KEPATUHAN
Pengertian Kepatuhan
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto,2007), patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
- Sarfino (1990) di kutip oleh Smet B. (1994) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain.
- Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Lukman Ali et al, 1999).
- Menurut Decision theory (1985) penderita adalah pengambil keputusan dan kepatuhan sebagai hasil pengambilan keputusan.
- Perilaku ketat sering diartikan sebagai usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenal kesehatanya (Taylor, 1991).
Proses perubahan sikap
dan perilaku (teori Kelman)
- Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi.
- Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas.
- Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan. Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia keluar dari kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi perilakunya sendiri.
- Kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent).
- Biasanya kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi.
Kepatuhan
individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya
perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda, yaitu kepatuhan
demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang
menganjurkan perubahan tersebut (change agent).
Biasanya
kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas
atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau
diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan
tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi.
Meskipun
motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini lebih baik dari pada
dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian
perilaku itu karena individu belum dapat menghubungkan perilaku tersebut dengan
nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia ditinggalkan petugas atau
tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut.
Perubahan
perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi
melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai
positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari
hidupnya.
Proses
internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan seseorang
yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat individu
memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti
akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri.
Memang
proses internalisasi ini tidaklah mudah dicapai sebab diperlukan kesediaan
individu untuk mengubah nilai dan kepercayaan mereka agar menyesuaikan diri
dengan nilai atau perilaku yang baru.
Teori The Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
Model
kepercayaan kesehatan adalah suatu bentuk penjabaran dari teori
Sosial-Psikologi, model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem
kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk
menerima usulan-usulan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan
oleh provider. Model kepercayaan
kesehatan ini menyatakan, apabila individu bertindak untuk melawan atau
mengobati penyakitnya, ada 5 (lima) variabel kunci yang terlibat dalam tindakan
tersebut, yaitu:
5 (lima) variabel kunci yang terlibat dalam tindakan
tersebut, yaitu:
Kerentanan
yang dirasakan (Perceived Susceptibility) * Seseorang akan melakukan tindakan
pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit bila individu merasa rentan
terhadap penyakit tersebut.
Keseriusan
yang dirasakan (Perceived Seriousness) * Seseorang akan terdorong untuk
melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit oleh
karena keseriusan penyakit yang dirasakannya.
Manfaat
yang dirasakan (Perceived Benefits) * Seseorang akan terdorong untuk melakukan
tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit oleh karena adanya
manfaat yang dirasakannya dalam mengambil tindakan tersebut bagi penyakitnya.
Ancaman yang dirasakan (Perceived Threat) *
Seseorang akan terdorong untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan
terhadap suatu penyakit oleh karena adanya ancaman yang dirasakan dari
penyakitnya.
Isyarat
atau petunjuk untuk bertindak (Cues to Action) * Untuk dapat meningkatkan
penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan, perlu
adanya isyarat atau petunjuk dari orang lain, misalnya; Media massa, Nasehat
petugas kesehatan atau anggota keluarga.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Dalam
hal kepatuhan Carpenito L.j.(2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh
positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai
menjadi kurang patuh dan tidak patuh.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
diantaranya:
- Pemahaman tentang instruksi. * Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita.
- Tingkat pendidikan. * Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Feuer Stein et.al., 1986). * Singgih D. Gunarso ( 1990 ) mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur -umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan factor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur -umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah.
- Kesakitan dan pengobatan. * Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas (Dikson dkk,1989,1990, ley,1992).
- Keyakinan, sikap dan kepribadian. * Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal, Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan social yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya.
- Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidak patuhan (Tylor, 1991). Sebagai contoh, di Amerika Serikat para wanita kaum kulit putih dan orang-orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1990).
- Dukungan Keluarga * Dukungan Keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan (Baekeland dan Lundawall) Tingkat ekonomi * Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya penderita TBC sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan (Power park C.E., 2002).
- Dukungan sosial * Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan factor penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika tidak ada transportasi dan biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memeliki status sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat (Meichenbaun, 1997).
- Perilaku sehat. * Perilaku sehat dapat di pengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga dapat mempertahankan perubahan tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri terhadap perilaku yang baru tersebut (Dinicola dan Dimatteo, 1984).
- Dukungan profesi keperawatan (kesehatan) * Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka terutama berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif bagi penderita yang telah mampu beradabtasi dengan program pengobatanya (Meichhenbaum, 1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar